Lamborghini Huracán LP 610-4 t

KUMPULAN MACAM MACAM CERPEN DAN NOVEL dll ,,


category :
fanfic naruto
dongeng anak
cerpen remaja
other

hari ini :6
total hits : 33430
ttttt

AKHIR SEBUAH PENANTIAN

Aku hidup bukan
untuk menunggu
cintamu.
Sulit ku terima
semua keputusan itu.
Yang kini hilang
tersapu angin senja.
Masih sulit pula
untuk ku lupakan.
Suram dan seram
jika ku ingat kembali.
Mungkin harus ku
biarkan semua
kenangan itu,
agar abadi oleh sang
waktu.
Pagi ini cerah, hangat
mentari yang
bersinar dan sejuk
embun di pagi itu
membuat semangat
untuk menuntut ilmu
makin bertambah. Ku
percepat langkahku.
Seusai sekolah, ada
ekstrakulikuler seni
tari dan aku pun
mengikutinya. Masih
belum beranjak dari
tempat duduk ku.
Dari arah belakang
terdengar suara
yang memanggilku.
“Idaaa, tunggu !”
Aku pun melihat ke
belakang “Kamu
Raff, ada apa kok
sampai tergesa-
gesa ?” tanyaku
penasaran.
“Emmm, ada yang
mau kenalan sama
kamu !”
“Tapi Raff, udah
mau masuk kelas
seni tarinya”
“Ya telat dikit kan
gakpapa”.
Aku tidak
menjawabnya. Aku
bergegas pergi
menuju kelas seni
tari. Aku simpan
kata-kata Raffi tapi
aku tidak
memikirkannya
disaat aku sedang
mengikuti seni tari.
***
Hari ini aku sengaja
berangkat pagi, aku
ingin menikmati
udara pagi, walaupun
jarak antara rumah
dan sekolah dekat.
Sewaktu istirahat
aku kembali ingat
dengan kata-kata
Raffi kemarin siang.
Siapa dia? Anak
mana? Namanya
siapa? Berbagai
pertanyaan mulai
bermunculan di
benakku. Hingga aku
tak sadar jika aku
sedang
melamunkannya.
“Heyhey, mikirin
siapa sih kamu?”
Tanya Ega yang
membuyarkan
lamunanku.
“Ha? Aku gak
mikirin apa-apa
tuh!”
“Kok ngelamun sih?
Haaa, masih keinget
ya sama kata-kata
Raffi kemaren?”
“Ehh, apaan sih,
mentang-mentang
pacar Raffi trus
kalian ngejek gitu,
ahh gak asyiik”
“Yaya, Cuma
bercanda kok”
Tiba-tiba Raffi
datang menemuiku.
Entah apa lagi yang
akan ia sampaikan
kembali. Aku sendiri
tidak berharap jika
kata-kata itu lagi
yang akan ia
sampaikan.
“Daa, ikut yuk, dia
mau ketemu kamu,
tuh udah ditunggu di
kantin” ajak Raffi.
“Ahh, engga ahh,
biarin aja dia
samperin”
“Kok gitu? Ya udah
deh, ini kesempatan
loh, kok malah kamu
sia-siain” Ucapan
Raffi didengar oleh
Layla, yang juga
saudara Raffi.
“Ehh, ada apaan
nih, keliatannya seru!
Ada apa sih Raff, kok
gak bilang-bilang?”
“Gak ada apa-apa,
udah nanti aku
ceritain”
Bel masuk kelas pun
berbunyi, aku segera
masuk kelas. Dan aku
mengikuti pelajaran
yang berlangsung
hingga usai. Pulang
sekolah biasanya aku
jalan sendiri, jarak
rumah deket.
“Ciiye Idaa” goda
Layla
“Ada apa sih?”
tanyaku penasaran.
“Tuh, orang yang di
depan gerbang pake
tas item ada corak
biru, itu orang yang
mau ketemu
kamu.”
“Ha? Siapa dia?
Namanya siapa?”
“Dia Tyo, anaknya
pendiem banget, dia
sahabat karib Raffi
sama Adi”
Tanpa kata-kata
apapun aku bergegas
pulang, dalam
perjalananku aku
memfikirkan semua
hal yang Layla
beritahu tadi. Yah,
Tyo, aku masih tidak
menyangka kenapa
dia mau bertemu,
kenapa harus lewat
temennya? Ah
mungkin dia malu. Ya
udahlah.
***
Hari ini mulai muncul
kabar buruk, banyak
yang menyangka
bahwa aku ini adalah
pacar Tyo, padahal
bukan sama sekali.
Aku kenal sama dia
aja baru kemarin. Di
sela-sela pelajaran
aku gunakan untuk
menuliskan sebuah
kata-kata.
Sepertinya aku
memang benar-
benar jatuh hati pada
Tyo, “ahhh, kenal
langsung aja belum
kayaknya mustahil
deh” kata itu selalu
muncul di benakku.
Saat jam istirahat,
aku selalu melewati
kelasnya. Aku selalu
melihat tingkah
lakunya, yang
terkadang
membuatku
tersenyum-senyum
sendiri. Oh mungkin
inikah cinta? Aku
pernah
merasakannya tetapi
aku tak ingin
merasakannya lagi
untuk saat ini.
Setelah kita kenal
begitu lama, aku
mengenal dia dengan
ramah, dengan baik,
walaupun diantara
kita tak pernah ada
satu perkataan. Tiba-
tiba semua
perasaanku
menjelma, berubah
entahlah seperti apa
isi otakku. Aku
menyukainya, aku
menyayanginya. Aku
yakin dia pun begitu,
tapi aku tidak pernah
pecaya itu, aku tidak
pernah percaya bila
ia menyukaiku juga,
aku hanya berharap
begitu banyak
padanya.
Hari ini ekstra
pramuka
sebenarnya, aku
sama Tyo mau bicara
tapi dia tetap tidak
mau. Dia tetap tak
membuka
kesempatan untuk
perasaan kita. Tapi
aku masih yakin bila
dia benar-benar
mencintaiku. Sore itu
aku hanya pulang
dengan semua mimpi
ku yang telah pupus.
Aku tak membawa
secuil harapan lagi
untuk rasaku ini.
***
Malam ini aku tulis
surat untuk nya. Aku
harap ada sedikit
respon darinya. Dan
respon itu tidak
membuatku patah
hati dan patah
semangat. Aku tahu
Tuhan pasti mengerti
disetiap mimpi dan
harapanku.
Setelah selesai aku
pun tidur. Hari ini aku
sengaja bangun pagi,
selain aku piket aku
juga ingin melihatnya
lebih awal, hehe. Aku
datang pertama di
sekolah, datang
pertama juga di
kelas, aku langsung
piket, bersihkan
semuanya. Setelah
selesai, aku kasih
surat itu langsung ke
dia. Aku tak pernah
mengira hal buruk
apapun akan
menimpa kita
setelah surat itu kau
baca. Tiba-tiba Imma
datang mengetuk
pintu kelasku. Dia
meminta ijin dahulu,
lalu memanggilku
untuk menemuinya.
Aku yang bingung,
langsung saja aku
menurut.
“Nich surat dari
Tyo!” kata Imma
sambil memberikan
surat dari Tyo.
“Apa ini? Jawaban
suratku tadi pagi
ya?”
“Iyaa, baca aja, dia
bilang dia minta
maaf kalo udah
nyakitin perasaan
kamu, dia gak
bermaksud kayak
gitu, ya udah baca
aja.”
“Iyaa, makasiih
udah ngaterin
suratnya, aku titip
salam buat dia”
Seketika aku
menangis, air mata
ini sudah tak bisa ku
tahan lagi. Tetes
demi tetes mulai
membasahi wajahku.
Lalu ku hapus lagi
begitu pun
seterusnya. Aku
masuk kelas dan aku
lanjutkan pelajaran
yang sempat
tertunda, aku anggap
saja ini semua tidak
pernah terjadi.
“Ada apa sih,
Yuk?” Tanya Ega.
“Di.. dia.. dia udah
jawab semuanya”
kataku terbata-bata
“Jawab apa?
Bukannya diantara
kalian itu tak pernah
ada apa-apa?”
“Dia gak suka aku
Ga, aku sih fine tapi
kenapa sih yang
nganter harus Imma,
dulu pas kamu sama
Raffi putus, Imma
juga kan yang
nganter?”
“Iya ya, kok aku
lupa ya? Ya udah
deh, kamu yang
sabar aja, cowok itu
gak Cuma satu kok,
gak Cuma dia
doang”
“Iyaa Ga,
makasiih” jawabku
sambil mengusap air
mataku
“Iya sama-sama”
***
Sulit menjalani hari
tanpanya lagi,
walaupun kita hanya
sebatas gebetan,
tapi ternyata hal itu
membuat kita
menjadi bersahabat.
Berbulan-bulan aku
nanti jawabanmu
lagi. Tapi ternyata
jawaban itulah yang
sudah kamu
tetapkan. Aku hanya
pasrah, aku
menangis,
bagaimana tidak jika
seseorang yang aku
sukai ternyata telah
membuatku
menangis.
Aku berharap suatu
saat nanti Tuhan
mempertemukan
kita, dan Tuhan
izinkan kita bersama.
Jika Tuhan tidak
mentakdirkan kita
bersama biarlah
perasaan itu menjadi
sebuah kenangan
masa SMP kita.
TAMAT

Back to posts
Klik disini!! Ada Ratusan Ribu Pulsa Gratis! j